Persoalan
dasar yang menghambat kemajuan penggunaan tenun tradisional adalah
keterbatasan pemakaiannya pada acara-acara tertentu saja, seperti acara
adat atau keagamaan. Akibatnya, kebutuhan masyarakat akan tenun
tradisional sangat kecil. Kalau pembatasan ini diubah, misalnya dengan
menjadikan tenun tradisional sebagai pakaian sehari-hari, bahkan juga
sebagai interior, seperti taplak meja, hiasan dinding, jok kursi, dan
souvenir, sudah pasti kebutuhan masyarakat akan pakaian indah ini juga
akan meningkat berkali-kali lipat. Popularitas tenun bisa didongkrak
bersaing dengan batik yang sudah hampir menjadi ikon Indonesia. Langkah
inilah yang sedang ditempuh oleh Departemen Perindustrian Republik
Indonesia dengan berupaya memodifikasi desain tenun, sehingga layak
untuk digunakan sebagai busana sehari hari. Untuk itu, Departemen
Perindustrian telah berupaya agar terjadi kolaborasi antara desainer
dengan perajin tenun di seluruh Indonesia. Dengan begitu, desainer bisa
menyelami keunikan motif tenun dan pengrajin tenun bisa memahami
kebutuhan desainer.
Departemen
Perindustrian juga memberikan penghargaan kepada semua pengrajin tenun
yang kreatif dan inovatif, baik itu berupa kreasi tenun lembaran, kreasi
busana tenun, dan beberapa kreasi lainnya seperti household tenun,
interior tenun, cinderamata tenun, dan juga aksesoris tenun. Dalam
kesempatan pemberian penghargaan kepada perajin tenun tradisional dalam
rangkaian Gelar Tenun Tradisional Indonesia (GTTI) di Jakarta, Menteri
Perindustrian, Fahmi Idris, menjelaskan bahwa Departemen Perindustrian
siap memberikan dukungan pengembangan bagi tenun tradisional, sehingga bisa berkembang di tingkat nasional dan bahkan internasioanl.
Pada tahun 2007 ini, Departemen Perindustrian mendapatkan anggaran sebesar Rp 1,7 triliun yang akan digunakan untuk Direktorat Jenderal (Ditjen) Industri Kecil dan Menengah (IKM), serta Ditjen Industri Logam, Mesin, Tekstil dan Aneka (ILMTA). Karena itu, program untuk menasionalkan dan menginternasionalkan pemakaian tenun tradisonal bisa mendapatkan tambahan anggaran tadi. Selanjutnya, guna membantu para perajin, Departemen Perindustrian memberikan fasilitasi pendampingan, pelatihan, perbaikan sistem produksi, teknologi, modal, dan pemasaran. Dalam pendampingan, segi yang harus diperhatikan ada dua sisi masing-masing dari sisi desainer agar bisa memperoleh motif sesuai keinginnanya, dan para perajin bisa memperoleh order sesuai kemampuan
Pada tahun 2007 ini, Departemen Perindustrian mendapatkan anggaran sebesar Rp 1,7 triliun yang akan digunakan untuk Direktorat Jenderal (Ditjen) Industri Kecil dan Menengah (IKM), serta Ditjen Industri Logam, Mesin, Tekstil dan Aneka (ILMTA). Karena itu, program untuk menasionalkan dan menginternasionalkan pemakaian tenun tradisonal bisa mendapatkan tambahan anggaran tadi. Selanjutnya, guna membantu para perajin, Departemen Perindustrian memberikan fasilitasi pendampingan, pelatihan, perbaikan sistem produksi, teknologi, modal, dan pemasaran. Dalam pendampingan, segi yang harus diperhatikan ada dua sisi masing-masing dari sisi desainer agar bisa memperoleh motif sesuai keinginnanya, dan para perajin bisa memperoleh order sesuai kemampuan
sumber: http://ikm.kemenperin.go.id/PUBLIKASI/bKumpulanArtikelb/tabid/67/articleType/ArticleView/articleId/18/language/id-ID/Default.aspx